Sejarah Hari Pendidikan Nasional

Sejarah Hari Pendidikan Nasional – Momentum Hari Pendidikan Nasional merupakan hari wajib yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai penghormatan kepada bapak pendidikan nasional. Bukan hanya itu, Hardiknas juga diperingati untuk merayakan kebebasan menempuh pendidikan di masa sekarang. Namun, tentu disertai dengan evaluasi dan pembenahan pendidikan.

Lantas, bagaimana sejarah Hardiknas Indonesia? Kegiatan apa saja yang bisa dilakukan untuk mengisi peringatan Hardiknas? Simak ulasan detailnya pada penjelasan di bawah ini:

Sejarah Hari Pendidikan Nasional yang Wajib Diketahui

Peringatan Hardiknas tak bisa terlepas kaitannya dari sosok bapak pendidikan nasional, yakni Ki Hajar Dewantara. Beliau merupakan sosok yang memperjuangkan kesetaraan pendidikan sejak masa penjajahan kolonial Belanda hingga akhir hayatnya.

Telah banyak tulisan yang beliau ciptakan untuk membangkitkan semangat berjuang dan melawan ketertindasan oleh penjajah. Tak berhenti sampai di sana, beliau juga mendirikan Perguruan Taman Siswa dan mencurahkan perhatiannya begitu dalam untuk kemajuan pendidikan Indonesia.

Tanggal 2 Mei 1889 merupakan waktu kelahiran beliau, yang kemudian ditetapkan sebagai Hardiknas melalui Keppres Nomor 316 Tahun 1959. Peringatan tersebut bukan sebagai peringatan seremonial semata, tetapi sebagai bentuk perenungan atas jasa Ki Hajar Dewantara.

Konsep Trilogi Gagasan Ki Hajar Dewantara

Berbicara mengenai sejarah Hari Pendidikan Nasional, tentu berhubungan pula dengan tut wuri handayani yang merupakan semboyan pendidikan nasional. Semboyan tersebut dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara bersamaan dengan dua semboyan lainnya.

Baca Juga:  Status Universitas Terbuka Negeri Atau Swasta_Simak Penjelasanya!

Hal ini lebih akrab dikenal sebagai konsep trilogi pendidikan Indonesia. Secara rinci, konsep trilogi tersebut yakni:

Ing Ngarsa Sung Tuladha

Semboyan ing ngarsa sung tuladha mengandung makna, bahwasanya pendidik yang di hadapan peserta didik hendaknya menjadi contoh yang baik. Ki Hajar Dewantara ingin menegaskan, seorang pendidik tidak hanya berperan sebagai seseorang yang berjalan atau berada di depan.

Seorang pendidik juga harus senantiasa menjadi teladan untuk siapapun yang mengikutinya, dalam hal ini yaitu peserta didik. Jadi, pendidik bukan hanya bertugas mendidik dan menyalurkan ilmu, tetapi juga memberikan contoh yang elok.

Ing Madya Mangun Karsa

Konsep kedua yaitu ing madya mangun karsa. Konsep ini memuat makna, seorang pendidik ketika di tengah kelas harus mampu terlibat di dalam pembelajaran. Pendidik harus mampu menyelaraskan dan mempersatukan gerak dan perilaku peserta didik agar tercapai tujuan bersama.

Ajaran ini sangat penuh dengan elemen kerjasama, kekompakan, dan kebersamaan. Jadi, perlu ada sinergi di antara pendidik dengan seluruh peserta didik. Pendidik bukan hanya mendikte, tetapi harus mampu merangkul peserta didiknya dan menanamkan wawasan serta kepribadian yang baik.

Tut Wuri Handayani

Konsep terakhir, yang merupakan semboyan pendidikan nasional Indonesia yaitu tut wuri handayani. Makna konsep ini adalah seseorang harus dapat memberi dukungan moral dan dorongan semangat dari sisi belakang. Hal ini berarti, pendidik harus dapat memberi kemerdekaan pendidikan kepada peserta didik.

Perenungan tiga konsep di atas sewaktu memperingati Hari Pendidikan Nasional akan mengingatkan kembali betapa dalam makna pendidikan. Pendidikan bukan sekadar mencari ilmu sebanyak mungkin, tetapi juga bagaimana menanamkan kepribadian baik serta mempraktekkannya dalam keseharian.

Kegiatan untuk Mengisi Hari Pendidikan Nasional

Ada berbagai kegiatan yang bisa dilakukan untuk menyemarakkan peringatan Hardiknas. Kegiatan tersebut tentunya memuat nilai-nilai luhur yang dapat bermanfaat bagi peserta didik maupun orang lain. Contoh kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengisi Hardiknas yaitu:

  • Lomba pidato dengan tema semangat menimba ilmu di sekolah.
  • Penyelenggaraan lomba grafiti antar kelas yang dilaksanakan secara beregu, dengan tema manusia berkarakter, berakhlak, dan cerdas.
  • Mengadakan lomba olahraga antar kelas, sebagai bentuk perwujudan peserta didik yang sehat dan kerjasama yang baik di dalam tim.
  • Lomba flashmob dengan lagu-lagu bertemakan semangat perjuangan.
  • Lomba fotografi yang diupload di media sosial, dengan tema semarak pendidikan Indonesia.

Demikian ulasan tentang sejarah Hari Pendidikan Nasional beserta kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk memperingatinya. Pada dasarnya, setiap perayaan atau peringatan memiliki makna yang dalam, bukan sekadar formalitas. Oleh karena itu, ada baiknya untuk mengisinya dengan kegiatan yang elok dan bermanfaat.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *